Kamis, 09 September 2010

Mazmur 127 - Baca Gali Alkitab


Mazmur 127

127:1  
Nyanyian ziarah Salomo.

Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah,

sia-sialah usaha orang yang membangunnya;

jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota,

sia-sialah pengawal berjaga-jaga.

127:2  
Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi

                   dan duduk-duduk sampai jauh malam,

                   dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah—

sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.

127:3  
Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN,

                  dan buah kandungan adalah suatu upah.
127:4  
Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda.

127:5  
Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu.

           Ia tidak akan mendapat malu,

                                                 apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang.


 
APA YANG KUBACA?


Mazmur 127 adalah dua perkataan hikmat disusun oleh Salomo sekitar pertengahan abad kesepuluh SM. Telah terlihat bahwa kedua ucapan-ucapan yang muncul terpisah pada awal-nya benar-benar memiliki struktur pemersatu antara mereka. Penyatuan Mazmur terletak ter-utama dalam bidang semantik dimana rumah dan keluarga terlihat dalam hubungan dan kota dan gerbang sebagai bagian dari golongan asosiasi . Salomo dengan pengalamannya ber-bicara tentang diktum dari Kedaulatan Allah. Mereka yang berusaha untuk menghadapi ke-butuhan kehidupan berupa tempat tinggal, keamanan, dan makanan tanpa pengakuan ter- hadap Tuhan adalah hidup mereka merupakan perjuangan dalam kesombongan.
Kesombongan menyatakan usaha ini menjadi kejahatan dan kekosongan efek spiritual. Tetapi orang-orang yang hidup dalam penundukkan diri terhadap Tuhan, bergantung pada bimbing-an, perlindungan, dan tangan-Nya yang memberi kebutuhan dapat merasakan jaminan ketika beristirahat bahwa semua akan baik-baik saja.

Tetapi kedaulatan Allah memiliki sisi positif juga, yaitu berkat putra. Anak-anak diberikan dari milik Allah ke dalam perawatan ayah. Jadi sebagai pemanah yang kuat ia dapat melatih anak-anaknya dengan baik sehingga pada saat membutuhkan, mereka dapat diandalkan. Mereka akan terbang lurus dan tentunya tidak berubah arah atau membelok. Jadi sebagai-mana ayahnya membela keadilan, dari jauh dia akan dating untuk menang, menjadi seorang pria perkasa. (Dahlberg)

Mazmur 127 adalah Mamur ibadah. Pemazmur membuka bait-bait puisinya yang menjelaskan bahwa puisi ini berupa nyanyian yang diciptakan oleh Salomo. Kata “Ziarah” yang secara literal artinya “naik” merujuk pada peribadatan di Yerusalem yang dilakukan Salomo. Kata “naik” menjelaskan kepada kita tentang letak bait Allah, yaitu di perbukitan, tepatnya bukit Sion.

Mazmur 127 adalah Mazmur hikmat. Mamur ini mengajarkan hikmat dari Tuhan yang menuntun kehidupan kita sehari-hari. Mazmur ini ingin meyakinkan orang Israel dan umat percaya pada masa kini untuk dipimpin oleh hikmat Tuhan.

Mazmur 127 adalah Mazmur yang menyentuh jiwa. Sebagaimana Mazmur lainnya, Mazmur 127 merupakan cermin dari jiwa pemazmur yang digubah dalam nyanyian bagi umat-Nya Israel dan kita sekalian orang yang percaya. Pertama-tama pemazmur menggunakan kata-kata yang menghimbau, “Jikalau bukan Tuhan…”. Himbauan ini seolah-olah ingin mengundang  orang-orang percaya untuk berpikir (menyentuh aspek pikiran) tentang siapakah yang sesungguhnya membangun rumah, yaitu mezbah Tuhan, rumah sebagai tempat kita bernaung, keluarga, pemerintahan. Siapakah yang sesungguhnya mengawal dan beraga-jaga atas segala sesuatu yang terjadi di sekitar kehidupan kita. Kedua, pemazmur menggunakan kata “sia-sialah” yang ingin menegaskan kepada kita tentang segala sesuatu sesungguhnya berada diluar kemampuan kita, menyentuh aspek kehendak kita. Segala sesuatu yang kita lakukan, kerjakan, bahkan anak-anak sebagai keturunan kita merupakan  milik pusaka Tuhan. Ketiga, pemzmur ingin membangkitkan perasaan kita dengan kata “bahagia” karena kita datang, belajar dan mendapatkan hikmat-Nya. Pemazmur mengungkapkan hal ini ketika ia berkata, “Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu”. Mamur 127 merupakan bait-bait puisi yang menyentuh jiwa untuk sungguh bergantung pada-Nya 

APAKAH PESAN ALLAH YANG DISAMPAIKAN?

PELAJARAN
Pesan Allah dalam Mamur Hikmat tentunya bersifat pengajaran bagi umat percaya. Pengajaran tentang Tuhan menjelaskan tentang peran Tuhan sebagai satu-satunya Pribadi yang membangun kehidupan kita, mulai dari apa yang hendak kita rencanakan, cita-citakan, lakukan, dan khususnya bagi kehidupan kita dalam rumah tangga.

Jika kita kembali kepada konteks Daud, ayah Salomo, maka kita menemukan bahwa Daudlah yang memiliki cita-cita membangun Bait Allah dan tanpa perkenanan Tuhan, Salomopun tidak dapat membangunnya.

Demikian juga Salomo membangun kerajaannya dengan meminta hikmat dari Tuhan. Baik pengalaman Daud dan Salomo mengingatkan kita peran Allah yang membangun kehidupan, pekerjaan, cita-cita dan rencana untuk membangun kehidupan kita menurut apa yang telah direncanakan-Nya. Aspek pelajaran disini mengandung keteladanan yang diberikan secara langsung atau tidak langsung oleh Daud dan terutama Salomo sebagai pencipta Mazmur ini.

Pengalaman buruk Daud dalam kasus perzinahan yang mengakibatkan kematian anak hasil persetubuhan dengan Betsheba, kemudian pertentangan atau konflik Daud dengan anaknya, Absalom yang ingin menjadi raja, sampai kepada Salomo yang memiliki banyak istri dan yang membuatnya beralih dari Tuhan kepada baal mengungkapkan apa yang sudah dipelajari oleh Salomo bahwa tanpa Tuhan yang berada dalam masa perkenalan, perkawinan dan rumah tangga maka membangun kehidupan keluaga yang kuat menjadi mustahil.

Pelajaran tentang Tuhan yang membangun “rumah” serta merta diikuti oleh peran Tuhan sebagai pengawal yang melindungi kehidupan orang yang percaya pada-Nya. Kita mengetahui bahwa masa kejayaan dan kelimpahan kerajaan Israel, yaitu tatkala Salomo memerintah, terjadi karena Allah turut mengawal kerajaan tersebut. Masa sulit karena peperangan yang dialami oleh Daud tidak lagi menjadi masalah Salomo. Allah sungguh mengawal kerajaan Israel karena keberadaan Bait Allah yang telah didirikan dan hikmat Salomo telah menjadi rujukan orang-orang Israel untuk hidup dalam takut akan Tuhan.

Sebagai umat percaya kita diajak untuk melihat bahwa apapun pencapaian yang kita sudah miliki merupakan bagian dari rencana dan pekerjaan Tuhan dalam hidup kita. Sebagaimana Tuhan melindungi Salomo maka kita juga perlu percaya bahwa Tuhan jugalah yang akan melanjutkan pekerjaan-Nya dengan mengawal kehidupan, pekerjaan, cita-cita kita sesuai dengan  apa telah yang direncanakan-Nya.

Kemudian pemazmur mengungkapkan peran Allah lainnya, yaitu peran-Nya sebagai Allah yang mencukupi kebutuhan orang-orang yang dicintai-Nya (ay. 2). Pesan Allah di sini menyingung usaha keras manusia yang setiap hari bangun pagi dan bekerja sampai larut malam untuk memenuhi kebutuhan mereka, hal ini dapat diwakili oleh orang-orang yang ingin menjadi kaya atau orang-orang yang berupaya keluar dari kemiskinan atau kekurangan. Ya, bekerja dengan susah payah seringkali membuat kita lupa bahwa Allah yang memberikan kecukupan akan kebutuhan kita (Doa Bapa kami – berikanlah makanan kami yang secukupnya bukan sekedar kecukupan akan kebutuhan, namun juga cermin doa atas dasar rasa cukup atau kerinduan untuk mencukupkan diri).

Pemazmur akhirnya menutup pengajarannya tentang  peran Tuhan sebagai pemberi anugerah. Dalam konteks ini anugerah yang diterima dalam sebuah rumah tangga adalah anak-anak. Disini Tuhan ingin menegaskan bahwa anak yang kita anggap sebagai milik kita sebenarnya adalah milik Tuhan, anak yang kita anggap sebagai hasil buah hasil perkawinan adalah anak sebagai buah kandungan, yang adalah suatu upah dari Tuhan (bnd. Kej. 15:1 –2)

Upah merupakan bagian dari janji Tuhan atas permintaan Abraham dan rencana Allah bagi keturunan Abraham. Kadang kita hanya melihat upah hanya sebatas dari besarnya iman kita kepada Tuhan tanpa bergantung pada janji Tuhan dan rencana Tuhan bagi anak-anak kita. Karena itu pemazmur mengingatkan kita kembali bahwa anak bukanlah milik kita. Mereka adalah milik Tuhan di dalam janji-Nya dan rencana-Nya secara khusus terhadap anak kita. Kita seakan-akan begitu terikat pada pemahaman punya anak atau tidak punya anak, punya anak laki-laki saja atau hanya punya anak perempuan. Kemudian setelah melihat keadaan kita, membandingkannya dengan orang lain, maka keberhargaan kita ditentukan oleh ada atau tidaknya anak atau ada tidaknya anak laki-laki/perempuan. Kita lupa bahwa Tuhanlah yang mempunyai semuanya, Allahlah yang memiliki anak-anak kita dan Dialah yang memiliki rencana atas anak kita bukan sebaliknya.

Jadi sebagaimana Allah membangun rumah, mengawal, memberi apa yang kita butuhkan, iapun memberi keturunan bagi keluarga. Konteks Mazmur 127 menyatakan salah satu berkat dari Allah dinyatakan melalui anak-anak. Anak-anak atas pemberian Tuhan menjadi begitu penting ketika dalam masa muda mereka. Mereka memilki kekuatan untuk mendukung keluarga dan menyelesaikan tugas yang diberikan sebelumnya oleh ayahnya. Sebagaimana seorang pahlawan (warrior) menguasai anak panahnya demikian pula seorang ayah dengan anaknya. Anak merupakan tanda kehormatan (indelible mark) dan mendatangkan kebahagiaan bagi kehidupan keluarganya. Semuanya itu terjadi jika setiap orang tua mengetahui bahwa anak-anak adalah milik pusaka yang diberikan Allah, Si Pemberi anugerah.

Lalu, apa pesan Allah yang berupa pelajaran tentang manusia?
Pemazmur ingin mengajarkan tentang kebergantungan kita pada Tuhan dalam membangun kehidupan keluarga, mengawalnya dan memberi kecukupan. Kita tahu bahwa Mazmur memiliki baris-baris puisi. Baris-baris puisi dalam Mamur 127:1-3 merupakan bari-baris puisi yang diulang-ulang secara pararel, dimana ada baris-baris yang mengulang kalimat atau kata-kata induk kalimat. Ketika pemazmur menyatakan “sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur”. “Pada waktu tidur” merupakan puncak pengulangan (klimaks) secara pararel tersebut. Disini Pemazmur ingin menegaskan kebergantungan kita. “Waktu tidur” memanndakan orang yang sunguh-sungguh mempercayakan diri kepada Tuhan (bukan bermalas-malasan). Pelajaran kepada kita disini mengarahkan kita untuk sungguh-sungguh bergantung kepada Allah sebagai pembangun, pengawal dan pemberi apa yang kita butuhkan.

PERINGATAN
Mazmur 127 mengingatkan kita akan cirri-ciri seorang workaholic (gila kerja) atau orang yang bekerja keras dari pagi sampai larut malam. Mereka dapat diasosiasikan sebagai orang-orang yang melakukan sesuatu bukan karena dicintai oleh Tuhan. Mereka bergelut mencari uang semata-mata untuk diri sendiri, baik disebabkan oleh tekanan atau keterpaksaan, kondisi ekonomi maupun keinginan untuk kaya. Hal ini bukan berarti kita tidak bisa bekerja sampai larut malam. Namun mereka yang bekerja sampai larut malam seharusnya menyadari bahwa kasih Tuhanlah yang memberikan kesempatan dirinya untuk bekerja, dan mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Kerja kerasnya merupakan akibat kasih Tuhan dalam bentuk ucapan syukur kepada-Nya. Pekerjaannya merupakan tanda kasih kepada Tuhan, bukan demi cintanya terhadap pekerjaan itu sendiri.

Mazmur ini juga ingin mengingatkan orangtua untuk memperlakukan anak-anak sebagai milik Tuhan. Orangtua bertanggungjawab atas milik pusaka Tuhan. Di lain pihak, seorang ayah ataupun orangtua perlu mencatat bahwa akan-anaknya di kemudian hari turut meng-hadapi apa yang menjadi masalah keluarga. Konteks pemerintahan pada saat Saul memerin-tah menjelaskan kepada kita bahwa Isai mengirimkan anak-anak laki-lakinya untuk turut berperang melawan bangsa Filistin. Konteks ini mengajarkan kepada kita bahwa ketika situasi perang muncul maka seorang anak laki-laki akan maju berperang untuk melindungi bangsanya karena mereka dididik dan berperan melindungi seluruh anggota keluarganya.

Konteks lainnya dicatat dalam Amos 5:12. Disini dibuktikan bahwa anak laki-laki terlibat untuk mendukung saat ayahnya mendapat perlakuan tidak adil. Kehadiran anak-anak mencegah seorang ayah dipermalukan. Karena anaknya, seorang ayah yang mendapat perlakuan tidak adil dapat berbicara dengan otoritas dan tidak lagi perlu takut dicela oleh orang lain. Anaknya berperan menjadi pendukung sekaligus jaminan untuk berperkara dengan orang lain. Demikian pula konteks saat Abraham mengirim hambanya untuk mencari pasangan hidup bagi Yakub. Hamba Abraham disambut dan mendapat persetujuan bukan saja oleh Betuel, ayah Ribka, namun juga oleh Laban, kakak laki-laki dari Ribka.

Jadi penting sekali bagi seorang ayah atau orangtua melatih anak-anaknya untuk melakukan hal yang benar. Keseluruhan Alkitab, terutama sehubungan dengan hikmat Tuhan, memberi bantuan kepada kita untuk menjadi keluarga yang teratur dengan baik (well order) karena didikan dan pengajaran Tuhan dan wakil-Nya, yaitu orangtua. Sebagaimana pemazmur mengajarkan pemahaman tentang kesia-siaan dalam segala sesuatu yang kita kerjakan tanpa Tuhan, maka sebagai orangtua, kita wajib mengajarkan semuanya kepada anak-anak kita. Kebahagiaan orantua terjadi tatkala kita, sebagai orangtua, telah memperkenalkan Tuhan atas perannya sebagai pembangun kehidupan rumah tangga; pemberi perlindungan dan pemenuh kebutuhan. Kebahagiaan hadir tatkala anak-anak mereka mampu berperan sebagaimana panggilan-Nya dan perannya dalam keluarga yang turut merepresentasikan peran pembangun, pelindung adan pemenuh kebutuhan keluarga.


JANJI
Sekilas pembacaan Mamur ini tidak mengandung sebuah janji. Namun secara grammatika atau tata bahasa, setiap kata kerja yang digunakan sehubungan dengan peran Tuhan, yaitu kata membangun, mengawal, dan memberikan merujuk pada peran aktif Allah dalam melakukan pekerjaan-Nya. Bahkan lebih jauh, pemazmur memperlihatakan bahwa apa yang Tuhan sudah kerjakan masih berlanjut. Pemazmur seolah-olah ingin menyatakan kepada kita  “The best yet to come” , masih ada hal-hal terbaik dari Tuhan yang akan datang. Karena itu marilah kita sungguh bergantung pada Tuhan dan rencana-Nya karena janji-Nya selalu mendatangkan kebaikan buat kita semua.


APA RESPONKU?

BERSYUKUR
Kita patut bersyukur atas hikmat yang melepaskan kita dari keterbebanan  hidup karena rutinitas pekerjaan yang tanpa menyadari bahwa sesungguhnya Tuhanlah yang membangun, mengawal dan memberi apa yang kita perlukan. Dialah yang menuntun langkah hidup kita.

Kitapun bersyukur atas anak-anak yang telah dikarunakan oleh Tuhan kepada kita menurut rencana Tuhan kepada mereka.

BERTOBAT
Kita perlu memperbaharui cara pandang kita terhadap segala jerih payah kita yang berpusat pada diri sendiri. Saat mana kita mengandalkan diri sendiri namun tidak pernah mendatangkan kepuasan jiwa dan rasa cukup.

Bertobat dari cara pandang kita terhadap anak-anak yang sering kita perlakukan bukan sebagai milik pusaka Tuhan.

BERBUAT
Kita belajar mempercayakan cita-cita, rencana, pekerjaan dan rumah tangga kita kepada Tuhan karena menyadari apa yang Tuhan sanggup perbuat dalam kehidupan kita sehari-hari.


BERDOA
Kita meminta Tuhan berperan penuh dalam rumah tangga kita. Berdoa mempercayakan diri dan keluarga kita dalam pembangunan, pengawalan dan atas pemberian rejeki kita sehari-hari.

Berdoa bagi anak-anak kita. Berdoa agar kita dimampukan untuk mengajarkan kepada mereka tentang Allah sebagai pembangun, pengawal dan pemberi sehingga anak-anak kita menyadari sepenuhnya bahwa jikalau bukan Tuhan sia-sialah apapun yang mereka kerjakan. Agar mereka mempunyai sikap hidup yang bergantung pada Tuhan.