1 Sesudah Abimelekh, bangkitlah Tola bin Pua m bin
Dodo, seorang Isakhar, untuk menyelamatkan orang Israel. Ia diam di Samir, di
pegunungan Efraim 2 dan ia memerintah sebagai hakim atas orang Israel dua puluh
tiga tahun lamanya; kemudian matilah ia, lalu dikuburkan di Samir.
Yair
3 Sesudah dia, bangkitlah Yair, orang
Gilead, yang memerintah sebagai hakim atas orang Israel dua puluh dua tahun
lamanya. 4 Ia mempunyai tiga puluh anak laki-laki, yang mengendarai tiga puluh
ekor keledai jantan, dan mereka
mempunyai tiga puluh kota, yang sampai sekarang disebutkan orang Hawot-Yair, di
tanah Gilead. 5 Lalu matilah Yair dan dikuburkan di Kamon.
Apa yang Kubaca?
Kita membaca dua
hakim-hakim sekaligus yang ceritanya sangat singkat.Menarik jika kita
memperhatikan singkatnya kedua cerita ini karena perbedaan kedua hakim ini
dengan para Hakim sebelumnya dicatat bahwa keduanya bangkit sesudah Hakim
sebelumnya memerintah dan tidak ada frasa “maka Tuhan membangkitkan...”, panggilan atau kunjungan malaikat Tuhan
sebagaimana yang diceritakan pada Hakim-Hakim sebelumnya.
Hakim pertama, Tola,
menjadi Hakim setelah Abimelekh memerintah. Ia dari suku Isakhar. Tujuan
kedudukannya sebagai hakim adalah menyelamatkan orang Israel. Ia tinggal di
Samir, pegunungan Efraim, memerintah sebagai hakim atas orang Israel 23 thn
lamanya; kemudian ia mati dan dikuburkan di Samir. Jadi tidak ada catatan
peperangan apapun pada masa itu yang dapat menceritakan kepahlawanan hakim Tola
ini.
Hakim kedua dari bacaan
kita bernama Yair. Ia dari orang Gilead (Gilead terletak di wilayah Gad, Ruben dan Manasye) . Setelah
sukunya disebutkan maka penulis kitab Hakim-hakim langsng menyebutkan
pemerintahanya selama dua puluh tahun, lebih singkat dari Tola yang 23 tahun
lamanya. Padahal Yair mempunya tiga puluh anak laki-laki, tiga puluh ekor
keledai jantan, yang pada masa itu menunjukkan status sosial yang tinggi dan mereka
mempunyai tiga puluh kota., lalu Yair namanya juga ditatat sbegagi orang
Hawot-Yair, di tanah Gilead.
Menarik jika kia
memperhatikan hakim Israel berikutnya, yaitu Yefta yang juga dari suku Gilead
dan sebelumnya atau diantara kedua hakim Yair dan Yefta ini diceritakan tentang kondisi bgs Israel yang
kembali melakukan apa yang jahat dimata Tuhan dan menyembah Baal.
Apa Pesan Allah Padaku?
Peringatan
Kedudukan, Pekerjaan , Tujuan dan Nama kita yang
Dicatat tidak menentukan ataupun menjamin hubungan kita dengan Tuhan juga Karya
maupun Dampaknya bagi orang lain.
Mengapa demikian?
Pertama, dari kedua Hakim
ini kita mendapati bahwa keduanya tidak di dapati sebagai para Hakim yang
dibangkitkan oleh Tuhan (Bandingkan dengan kisah singkat para Hakim lainnya di
Hak. 12:8, 11 dan 12 tentang Ebzan, Elon, dan Abdon, yang sama sekali tidak ada
“Bangkit”). Sebagaimana dengan Abimelekh kita tidak mendapatkan catatan apapun
tentang perjumpaan dan hubungan keduanya dengan Tuhan maupun peperangan yang
dimenangkan oleh keduanya untuk menyelamatkan bangsa Israel. Tola disebutkan
sebagai penyelamat Israel , dia memerintah 3 tahun lebih lama dari Yair, namun
kita tidak menemukan sama sekali tentang karyanya ataupun dampaknya disebutkan.
Kedua, kita dapat
merefleksikan dari apa yang kita telah baca bahwa kedudukan, status dan
kekayaan dari Yair dengan anak-anaknya tidak menumbuhkan pengaruh apapun buat
bangsa Israel. Ia tidak disebutkan sebagai penyelamat maupun aktivitasnya dalam
peperangan melawan penindasan. Masa-masa Tola sebagai hakim tampak sebagai masa
“stabilitas nasional” sementara masa Yair sebagai masa kemakmuran dimana
kemakmuran itu menjadi milik “Keluarga Yair” dengan nama yang dikenal sebagai
“orang Hawot-Yair” (Bandingkan dengan Hak. 12:13, masa Abdon memerintah yang
merujuk pada masa kemakmuran. Kemakmuran bisa menjadi potensi kejatuhan).
Pelajaran
Sentralisasi Misi membawa kembali manusia untuk
kembali beribadah kepada Dia.
Apa yang menjadi
sentralisasi misi kita? Apakah sentralisasi misi kita sebagai “penyelamat”,
“Hero” demi stabilitas nasional? Apakah sentralisasi kita pada misi
“kemakmuran”? Apakah misi sentralisasi keluarga? Apakah misi sentralisasi
organisasi? Apakah senralisasi misi kita pada kebutuhan yang ada? Apakah
sentralisasi misi kita?
Sentralisasi kitab
Hakim-hakim mengajak kita kembali beribadah kepada Dia. Abimelekh bisa membunuh
saudara-saudaranya hanya untuk kedudukan sebagai raja. Tola bisa
mensentralisasi-kan pada misi penyelamat. Yair sebagai hakim bisa
mensentralisasikan kemakmuran bagi keluarganya.
Sentralisasi hidup kita, anda dan saya menentukan saat ini juga apakah
kita beribadah kepada Tuhan atau tidak dan kepada siapa kita beribadah.
Bagi orang muda,
seringkali frasa “Menjadi orang” atau “Menjadi Seseorang”, seperti orang yang
dikagumi dan menjadi “idol” kita sehingga membuat kita tidak lagi wapada bahwa
arah kita tidak lagi pada Tuhan. Sentralisasi anak mudapun bukan lagi pada
Tuhan. Misi menjadi seperti pengkhotbah “A”, memiliki gereja seperti “B”.
Apa Responku?
Bersyukur untuk FirmanNya
yang mengingatkan saya terus menerus bahwa orientasi pusat hidup itu seharusnya dimulai dari
hubungan kita dengan Tuhan, bukan dengan hubungan kita dengan hal-hal yang
menjanjikan.
Bertobat dalam
menjalankan hidup, keluarga dan organisasi yang tidak membawa sentralisasi misi
yang benar, yaitu yang membawa kembali semua orang beribadah kepada Dia.
Berpegang pada janji
bahwa setiap pemimpin, peran, maupun keterlibatan apapun seharusnya diletakkan
pada kuasa Tuhan yang memampukan saya, ibu Dian dan Sahabat SU yang
mendengarkan