Selasa, 29 Desember 2009

Kelahiran Kristus membawa Komitment di Tahun yang baru


(Sebuah Refleksi Natal untuk Menghadapi Tahun yang Baru)

Ada banyak pertentangan tentang kapan sesunggunya kelahiran Kristus seolah-olah membawa kita kepada kebingungan atau ketidakpastian makna kelahiranNya di dunia ini. Belum lagi senterklas (Santa Claus) mengaburkan kita dengan berita hadiah yang “patut” kita terima karena kebaikan kita semata. Hiasan-hiasan natal (rain deer, pohon natal, etc), lagu-lagu yang tidak memuliakan Kristus (Last Christmas) bahkan buku-buku, dan film atau video (Dora saves Christmas, etc.) melengkapi pengaburan inti berita kelahiran Juruselamat. Karena itu tidaklah heran kita melewati hari natal tanpa membawa berita tersebut sebagai komitment di hari-hari berikutnya, bahkan tahun baru yang akan datang.

Hari natal menindaklanjuti komitment Tuhan bagi penyelamatan manusia ( Kejadian 3:15). Kelahiran Kristus diliputi oleh komitment para majus, Maria dan Yusuf dalam memenuhi rencana keselamatan tersebut.

Kita mulai dari para majus yang datang dari Timur menuju Betlehem. Mereka melakukan perjalanan yang berisiko karena perjalanan tersebut hanya ditandai oleh bintang yang mungkin akan membawa mereka kepada seorang Raja yang akan lahir. Kemungkinan mengarahkan mereka kepada keputusan Mereka menempuh perjalanan yang panjang sampai khabar tentang kedatangan mereka terdengar sampai ke telinga Herodes. Perjalanan yang mereka tempuh menyatakan satu karakter yang mereka miliki, yaitu komitment. Komitment ditunjukkan oleh perjalanan mereka sekitar 1600 km menuju Betlehem, belum lagi resiko membawa barang berharga yang menarik para penjahat untuk me-rampok dan membunuh mereka.

Lalu bagaimana dengan Maria? Maria menerima berita tentang kehamilannya dari malaikat dengan komitment untuk mempertahankan  bayi Yesus yang akan lahir sebelum pernikahan resmi terjadi dengan Yusuf. Sementara Yusuf harus menerima kenyataan akan menikahi seorang yang dicintainya dengan kehamilan yang sudah terjadi diluar akal pikirannya. Yusuf harus memiliki komitment kuat ketika ia dinyatakan akan menceraikan Maria secara diam-diam. Tanpa komitment Yusuf akan mem-biarkan Maria dilempari batu karena tuduhan perzinahan oleh masyarakat sekitarnya.

Komitment Maria dan Yusuf tidak saja ditunjukkan secara pribadi, namun juga secara bersama-sama. Hal ini dibuktikan ketika mereka harus mendaftarkan diri dalam sensus yang diadakan oleh Herodes saat itu. Yusuf, terutama Maria yang sedang hamil tua harus melakukan perjalanan sekitar 100 km, yang dapat ditempuh selama 4-5 hari dari Nazareth menuju Betlehem. Komitment sebagai warga masyarakat yang baik untuk mendaftarkan diri walau kondisi yang tidak memungkinkan meng-ungkapkan kepada kita bahwa komitment tidak saja berbicara tentang pribadi Maria dan Yusuf dan komitment mereka dalam kebersamaan, namun juga komitment terhadap masyarakat.

Komitment Maria dan Yusuf dilanjutkan ketika mereka tidak menemukan kamar bagi kelahiran Yesus di kota kelahiran Yusuf sendiri. Belum lagi kelahiran di kandang yang mengkondisikan mereka dalam lingkungan yang tidak sehat baik bagi Yusuf, terutama bagi seorang ibu pasca melahirkan dan bayi yang baru lahir.  Sekali lagi komitment mereka diuji oleh kenyataan pahit yang mereka temui.
Komitment Maria dan Yusuf  berlanjut ketika Yusuf mendapatkan mimpi yang memerintahkan mereka untuk lari ke Mesir. Perjalanan yang menempuh 250 km dengan perjalanan sekitar 10 hari itu bukanlah perjalanan sebuah tur rohani, tapi perjalanan yang ditempuh pada malam yang dingin dan siang yang panas. Panasnya siang dapat menyebabkan dehidrasi yang tinggi belum lagi angin yang kencang dan debu yang berterbangan. Mereka terpaksa meninggalkan keluarga dan rombongan sehingga mereka tidak memiliki waktu yang cukup bersama keluarga lainnya di Betlehem. Mereka melakukan perjalanan dalam perasaan terancam oleh Herodes yang memburu mereka, tearancam kejahatan karena mereka tidak lagi melakukan perjalanan dengan rombongan yang membawa mereka ke Betlehem.

Komitment adalah kata kunci penting dalam peristiwa kelahiran Yesus yang akan membawa kita kepada tahun yang baru. Natal membawa kita untuk memperharui komitment kita secara pribadi, keluarga dan bagian masyarakat. Maria dan Yusuf melewati kesukaran yang menguji komitment mereka untuk selalu berharap kepada Tuhan. Apalagi malaikat Tuhan telah menyatakan kepada Maria tentang peristiwa kehamilannya dan Elizabeth bahw tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Ketidakmustahilan itu diuji bukan di dasarkan oleh mulusnya perjalanan Maria dan Yusuf, namun diuji dalam karakter mereka dan tujuan Allah yang tidak perbah gagal. Kita lihat bahwa kesulitan apapun yang mereka alami tidak mendatangkan penyakit, kehilangan bahkan kematian baik bagi Maria maupun bayi Yesus. Allah tetap memenuhi janjiNya dengan menuntun menurut caraNya asalkan kita tetap memiliki komitment yang membawa kita kepada jalan keluar dari setiap kesulitan yang ada.

Apapun yang terjadi di tahun 2010 tidak membuat kita undur untuk menghasilan komitment demi komitment yang mempengaruhi orang-orang sekitar kita. Sebuah komitment yang tidak dibatasi oleh seberapa besar kesulitan yang kita akan hadapi di tahun yang baru, melainkan sebuah komitment yang didasarkan oleh pengharapan kepada Tuhan karena bagi Dia tidak ada yang mustahil.

Kamis, 03 Desember 2009

Pergumulan dan Peperangan Melawan Dosa

Kadang kita merasa tidak berdaya melawan dosa. Kita merasa bahwa kita sudah tahu Firman Tuhan namun kita masih juga jatuh dalam dosa. Kita tahu bahwa kita tidak dapat menyerah atas dosa namun mengapa kita jatuh berkali-kali dalam lubang yang sama?


Pergumulan melawan dosa dalam hidup kita tidaklah sama. Ada yang bergumul melawan cobaan yang mendatangkan dosa, namun ada yang bergumul dari jerat dosa. Yang satu disebut pencobaan sementara yang lain disebut kecanduan.
Pergumulan melawan dosa yang datang mencobai kita kadang membuat kita kalut dan tidak dapat berbuat apa-apa. Kadang dosa membuat kita bereaksi cepat dengan berdoa, membaca Firman Tuhan, menangis dihadapan Tuhan namun pada kenyataannya kemenangan tak kunjung datang dalam hidup kita.
Apa penyebabnya? Jelas hal ini dsebabkan kita tidak dapat membedakan antara cobaan (temptation) dan kecanduan (addiction). Kita tidak dapat luput dari dosa yang menjerat kita karena kecanduan hanya karena kita berdoa dan menghafal Firman Tuhan. Seseorang yang kecanduan memerlukan orang lain yang dapat membimbing dirinya secara rohani. Kecanduan tidak dapat dikalahkan begitu saja dalam hidup kita.
Di lain pihak, kita sebenarnya kita terjebak dan “pusing” ketika kita sedang dicobai karena ketika pencobaan itu datang kita seringkali merasakan bahwa kita sudah jatuh dalam dosa. Apakah anda sering merasakan demikian? Martin Luther pernah mengatakan, “ biarkan burung beterbangan diatas kepala anda namun jangan biarkan brurung-burung itu membuat sarang diatasnya”. Perkataan itu memberikan arti bagi kita bahwa ada peperangan yang tidak kita perlu kuatirkan, yaitu ketika cobaan datang kepada kita. Kekuatiran mendatangkan reaksi dan ketakutan yang tidak perlu dan akhirnya melemahkan dan menjatuhkan kita. 
Sekarang anda bisa mendata, apa saja yang merupakan cobaan dan adiksi yang melekat dalam diri anda; apa yang sebenarnya anda bisa perangi dan mana yang tidak mudah untuk dikuasai; buatlah pengakuan terhadap dosa yang sedang anda gumulkan dihadapan Tuhan; kemudian mintalah TUhan untuk menolong anda menang atas dosa dan cobaan dalam hidun anda.
Baik pencobaan maupun adiksi diatasi oleh kuasa Tuhan namun dengan cara yang berbeda. Kalau kita dalam adiksi maka ada kemungkinan kita tidak memiliki Roh Kudus atau dalam arti lain kita belum menerima Yesus sebagai juruselamat . Karena itu kita perlu menerima Yesus sebagai juruselamat sehingga kuasa RohNya bekerja memampukan kita untuk melawan adiksi kita. Ingat, anda perlu bantuan seorang rohaniawan, pendeta, pastor yang telah lebih dulu hidup dalam iman kepada Yesus untuk membantu anda. Mungkin andapun perlu seorang konselor Kristen untuk mengadakan beberapa kali pertemuan untuk hasil yang terbaik. Seorang yang sedang dalam adiksi seperti seorang yang terbawa arus, tenggelam dan tidak bisa menolong dirinya sendiri. Jadi anda sungguh perlu Yesus untuk menang dan lebih baik jika andapun menemukan seseorang yang akan berperang bersama –sama dengan anda atas adiksi tersebut.
Bagaimana dengan cobaan? Mengapa ketika kita dicobai tetap ada kemungkinan kita jatuh? Kita jatuh dalam dosa ketika kita dicobai karena kita seringkali mengandalkan kekuatan kita sendiri untuk melawan dosa. Kita menganggap setelah kita percaya kepadaNya lalu kita menggunakan “dalam Nama TUhan Yesus” maka persoalan selesai. Tidak!! Kita tidak sedang menyuruh TUhan menyelesaikan apa yang seharunya kita hadapi bersama dengan Dia. Perhatikan kalimat doa Tuhan Yesus ketika Ia mengatakan, “Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan”. Maksud doa tersebut jelas mengajarkan kita untuk BERDOA meminta Tuhan Yesus dalam kesadaran bahwa pencobaan tidak dapat kita tangani sendiri. Yesus ada di dalam hati kita untuk bekerja bersama dengan kita dalam penyerahan untuk dipimpin dalam kuasaNya bukan dengan kuasa kita sendiri. Alkitab mengatakan kepada kita bahwa “di dalam kelemahanmu nyata kekuatan Tuhan”. Kekuatan yang kita miliki untuk melawan dosa datangnya dari Tuhan saja.
Lalu, apakah doa dan penyerahan yang memberi kita kuasa untuk melawan dosa sudah cukup? Belum cukup. Kita tidak diminta untuk bedosa hanya dalam saat kita dicobai, namun saat kita tidak sedang dicobai, berdoalah dalam roh senantiasa sehingga hal ini membuat anda waspada terhadap cobaan yang  datang dalam diri anda, maupun orang-orang percaya lain yang juga membutuhkan doa anda.
Kemudian, perhatikan persiapan anda dengan mengetahui bahwa  posisi kita telah dibenarkan di dalam darahNya, karena itu ikatkan kebenaran itu dalam pinggang anda. Status anda menjelaskan sikap anda yang siap berperang untuk kebenaran FirmanNya. Langkah berikutnya adalah kuasailah diri dan jagalah hati kita dalam kebijaksanaan yang datang dari FirmanNya sehingga  pelindung (dada). Siapkan perisai iman yang mematahkan panah-panah si iblis dengan kerinduan anda untuk mendengar FirmanNya karena dalam kesetiaanNya dan kepastian akan jalan keluar ada ditanganNya.  Lalu gunakan pedang Roh, yaitu Firman Allah. Berbeda dengan adiksi yang bekerja melekat dalam diri kita, cobaan bekerja dari “luar” diri kita. Yesus mengalami pencobaan bukan dari keberdosaanNya namun Iblis mencobainya. Karena itu kita perlu memperkatakan Firman TUhan seperti menggunakan pedang yang akan mengahalau iblis. Pakailah ketopong keselamatan yang memberikan jaminan bahwa peperangan kita bukan peperangan yang membawa anda kepada lautan api dan neraka, namun peperangan yang akan membawa kemenangan didalam Yesus Kristus. Hal terakhir yang jangan dilupakan adalah beritakanlah keselamatan (kasut kerelaan memberitakan Injil), yaitu pendamaian bagi orang-orang sekitar kita yang selama ini menjadi seteru Yesus karena mereka berbuat dosa dan dalam kuasa si iblis. Nyatakanlah kemenangan Kristus dari dosa, dan kemenangan anda dalam Kristus Yesus (Efesus 6:14-20).
Jadi, sekarang kita telah siap berperang dan menang bersama dengan Yesus. I Dare You to Move.