(Sebuah Refleksi Natal untuk Menghadapi Tahun yang Baru)
Ada banyak pertentangan tentang kapan sesunggunya kelahiran Kristus seolah-olah membawa kita kepada kebingungan atau ketidakpastian makna kelahiranNya di dunia ini. Belum lagi senterklas (Santa Claus) mengaburkan kita dengan berita hadiah yang “patut” kita terima karena kebaikan kita semata. Hiasan-hiasan natal (rain deer, pohon natal, etc), lagu-lagu yang tidak memuliakan Kristus (Last Christmas) bahkan buku-buku, dan film atau video (Dora saves Christmas, etc.) melengkapi pengaburan inti berita kelahiran Juruselamat. Karena itu tidaklah heran kita melewati hari natal tanpa membawa berita tersebut sebagai komitment di hari-hari berikutnya, bahkan tahun baru yang akan datang.
Hari natal menindaklanjuti komitment Tuhan bagi penyelamatan manusia ( Kejadian 3:15). Kelahiran Kristus diliputi oleh komitment para majus, Maria dan Yusuf dalam memenuhi rencana keselamatan tersebut.
Kita mulai dari para majus yang datang dari Timur menuju Betlehem. Mereka melakukan perjalanan yang berisiko karena perjalanan tersebut hanya ditandai oleh bintang yang mungkin akan membawa mereka kepada seorang Raja yang akan lahir. Kemungkinan mengarahkan mereka kepada keputusan Mereka menempuh perjalanan yang panjang sampai khabar tentang kedatangan mereka terdengar sampai ke telinga Herodes. Perjalanan yang mereka tempuh menyatakan satu karakter yang mereka miliki, yaitu komitment. Komitment ditunjukkan oleh perjalanan mereka sekitar 1600 km menuju Betlehem, belum lagi resiko membawa barang berharga yang menarik para penjahat untuk me-rampok dan membunuh mereka.
Lalu bagaimana dengan Maria? Maria menerima berita tentang kehamilannya dari malaikat dengan komitment untuk mempertahankan bayi Yesus yang akan lahir sebelum pernikahan resmi terjadi dengan Yusuf. Sementara Yusuf harus menerima kenyataan akan menikahi seorang yang dicintainya dengan kehamilan yang sudah terjadi diluar akal pikirannya. Yusuf harus memiliki komitment kuat ketika ia dinyatakan akan menceraikan Maria secara diam-diam. Tanpa komitment Yusuf akan mem-biarkan Maria dilempari batu karena tuduhan perzinahan oleh masyarakat sekitarnya.
Komitment Maria dan Yusuf tidak saja ditunjukkan secara pribadi, namun juga secara bersama-sama. Hal ini dibuktikan ketika mereka harus mendaftarkan diri dalam sensus yang diadakan oleh Herodes saat itu. Yusuf, terutama Maria yang sedang hamil tua harus melakukan perjalanan sekitar 100 km, yang dapat ditempuh selama 4-5 hari dari Nazareth menuju Betlehem. Komitment sebagai warga masyarakat yang baik untuk mendaftarkan diri walau kondisi yang tidak memungkinkan meng-ungkapkan kepada kita bahwa komitment tidak saja berbicara tentang pribadi Maria dan Yusuf dan komitment mereka dalam kebersamaan, namun juga komitment terhadap masyarakat.
Komitment Maria dan Yusuf dilanjutkan ketika mereka tidak menemukan kamar bagi kelahiran Yesus di kota kelahiran Yusuf sendiri. Belum lagi kelahiran di kandang yang mengkondisikan mereka dalam lingkungan yang tidak sehat baik bagi Yusuf, terutama bagi seorang ibu pasca melahirkan dan bayi yang baru lahir. Sekali lagi komitment mereka diuji oleh kenyataan pahit yang mereka temui.
Komitment Maria dan Yusuf berlanjut ketika Yusuf mendapatkan mimpi yang memerintahkan mereka untuk lari ke Mesir. Perjalanan yang menempuh 250 km dengan perjalanan sekitar 10 hari itu bukanlah perjalanan sebuah tur rohani, tapi perjalanan yang ditempuh pada malam yang dingin dan siang yang panas. Panasnya siang dapat menyebabkan dehidrasi yang tinggi belum lagi angin yang kencang dan debu yang berterbangan. Mereka terpaksa meninggalkan keluarga dan rombongan sehingga mereka tidak memiliki waktu yang cukup bersama keluarga lainnya di Betlehem. Mereka melakukan perjalanan dalam perasaan terancam oleh Herodes yang memburu mereka, tearancam kejahatan karena mereka tidak lagi melakukan perjalanan dengan rombongan yang membawa mereka ke Betlehem.
Komitment adalah kata kunci penting dalam peristiwa kelahiran Yesus yang akan membawa kita kepada tahun yang baru. Natal membawa kita untuk memperharui komitment kita secara pribadi, keluarga dan bagian masyarakat. Maria dan Yusuf melewati kesukaran yang menguji komitment mereka untuk selalu berharap kepada Tuhan. Apalagi malaikat Tuhan telah menyatakan kepada Maria tentang peristiwa kehamilannya dan Elizabeth bahw tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Ketidakmustahilan itu diuji bukan di dasarkan oleh mulusnya perjalanan Maria dan Yusuf, namun diuji dalam karakter mereka dan tujuan Allah yang tidak perbah gagal. Kita lihat bahwa kesulitan apapun yang mereka alami tidak mendatangkan penyakit, kehilangan bahkan kematian baik bagi Maria maupun bayi Yesus. Allah tetap memenuhi janjiNya dengan menuntun menurut caraNya asalkan kita tetap memiliki komitment yang membawa kita kepada jalan keluar dari setiap kesulitan yang ada.
Apapun yang terjadi di tahun 2010 tidak membuat kita undur untuk menghasilan komitment demi komitment yang mempengaruhi orang-orang sekitar kita. Sebuah komitment yang tidak dibatasi oleh seberapa besar kesulitan yang kita akan hadapi di tahun yang baru, melainkan sebuah komitment yang didasarkan oleh pengharapan kepada Tuhan karena bagi Dia tidak ada yang mustahil.