
Berharga di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya. Ya Tuhan, aku hambaMu! Aku hamba-Mu, anak dari hamba-Mu perempuan! Engkau telah membuka ikatan-ikatanku! (Mazmur 116:15,16).
Pernyataan pemazmur ini membuat kita bertanya, “Apakah situasi yang melatarbelakangi pemazmur? Pemazmur mengalami tekanan yang sangat yang berat. Ia mengatakan pada ayat 3 “tali-tali maut melilitku“, kemudian ayat 10 “aku ini sangat tertindas” sampai pada klimaks pada ayat 15 pemazmur memposisikan dirinya sebagai orang yang divonis telah mati.
[1]
Lalu bagaimana pemazmur menanggapi situasi tersebut? Ayat 11 menjelaskan seruan ke-bingungan pemazmur: “Semua manusia pembohong” Ketika seseorang menyatakan kata-kata tersebut dalam kebingungannya ada kesan yang muncul bahwa ucapan pemazmur tersebut berasal dari reaksi atas sikap orang lain yang tidak mengasihinya, tidak berlaku adil terhadap-nya dan merasa sayang padanya (kontras dari ayat 5). Apakah saat ini kita mengalami hal yang serupa? Adakah “kematian“ terjadi dalam hidup kita? Sesuatu yang melilit kita, membuat kita tertekan dan kecewa.
Pada akhirnya pemazmur memberi tanggapan atas peristiwa yang menimpanya dengan mengatakan bahwa dirinya berharga dimata Tuhan. Bukankah sikap orang lain yang tidak mengasihi kita, tidak bersikap adil terhadap kita atau tidak sayang kepada kita dapat berujung pada rasa tidak dihargai? (Kontras dengan sikap Tuhan pada ayat 5)
Lalu apa yang membuat seseorang dihargai? Kasih. Pemazmur ingin mengatakan kepada kita semua bahwa segala peristiwa, bahkan kematian tidak menjauhkannya dari kasih Tuhan (bandingkan Roma 8:37-39). Alah memandang kita semua berharga karena Ia mengasihi kita. Kata “dikasihi” (Chapets) digunakan sebanyak 32 kali dan 25 diantaranya ditemukan dalam Mazmur. Bahkan Mazmur 16:10 merujuk kepada yang kudus (Chapets), yaitu Yesus yang akan datang.
[2] Jadi, menjadi orang yang dikasihi Allah sedemikian penting bagi kehidupan kita. Jika kematian orang yang dikasihi Allah dihargai-Nya, maka sesungguhnya kehidupan kita yang sementara ini juga berharga dimata Allah.
Pemazmur bahkan memberikan pesan “tersembunyi – yang biasa tidak diperhatikan para penafsir – tampak bahwa teladan seorang ibu yang melayani Allah besar pengaruhnya terhadap iman anaknya. Hal ini berlaku pada zaman Perjanjian Lama dan sampai sekarang ini”.
[3] Ayat 16 memperlihatkan kepada kita orang tua direpresentasikan bukan pada sosoknya tapi pengaruhnya bagi anak-anaknya. Kasih orang tua berpengaruh bagi seorang anak untuk mengenal kasih AllahNya. Allah yang lebih dulu mengasihi kita telah menunjukkan inisiatifNya melalui Yesus Kristus. Pertanyaannya, bagaimana dengan tanggung-jawab kita untuk saling mengasihi ditengah keluarga? Sudahkah kita dipakai Tuhan untuk membuka ikatan-ikatan dengan kasihNya? Sudahkah kita membuat oran lain berharga dengan mengasihi mereka?
[1]Kata yang digunakan pemazmur“maweth“ juga diartikan sebagai kematian yang sesungguh-
nya. AMG Publishers. The Complete Wordstudy Old Testament, p 2330
[2]AMG Publishers, The Hebrew-Greek Key Study Bible, 1984, p. 1593
[3]Marie Clarie Barth dan B.A Pareira, Kitab Mazmur 73 – 150, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1997
Tidak ada komentar:
Posting Komentar