Kamis, 06 September 2007

Character Building: Who build the character and who’s the focus?

Ketika kita bebicara tentang Character Building atau disingkat CB, maka hal pertama yang perlu ditanyakan adalah siapakah yang membangun karakter seseorang, kemudian siapakah focus atau idol (bukan idolatry, ya) dari karakter yang kita ikuti. Dari kedua pertanyan tersebut kita tahu, apakah CB itu ada sangkut pautnya dengan iman Kristen atau tidak.

Who build the character?

Kata “building” membawa kita kepada definisi operasional, yaitu: usaha membangun sesuatu. Sebuah bangunan yang tampak baik, misalnya rumah, bukan saja tampak megah dari luarnya namun perlu di dasarkan oleh siapa yang membangun, siapa terlibat dalam membangunnya dan apa dasar bangunan tersebut. Zaman dulu orang-orang mencari rumah berdasarkan tanah dan lokasinya, sekarang orang-orang banyak menyadari bahwa pengembang lahan perumahan merupakan faktor utama. Artinya, siapa yang membangun atau perusahaan apa yang membangunnya dianggap menjamin kualitas rumah itu. menjadi faktor yang lebih utama dari dari dasar bangunan yang ada.

Itu tentang rumah. bagaimana dengan manusia? Siapa yang membangun karakter seseorang? Jika CB diartikan sebagai usaha manusia belaka dalam membangun karakernya, maka sia-sialah usaha manusia tersebut (bandingkan dengan ayat yang berkata, “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah sia-sialah usaha orang yang membangunnya“, Mzm 127:1). Ada peran Allah yang nyata di dalam semua kegiatan manusia, apalagi Tuhan adalah Ahlinya dalam mengubah karakter seseorang. Lihat contoh seperti Saulus (artinya, besar) yang dipanggil Tuhan menjadi Paulus (artinya, kecil); Yakub (artinya, penipu) menjadi Israel (artinya, bergumul dengan Allah). Tuhan tidak sekedar merubah nama, tapi karakter tokoh-tokoh dalam Alkitab.

Di lain pihak apa yang dinyatakan Firman Tuhan tentang “rumah“ sebagai tempat berteduh, bercengkrama, berbagi kasih bukan saja mengenai aspek personal tapi juga proses interpersonal yang terjadi di dalam rumah tersebut. Jika menyinggung aspek personal dan interpersonal maka aspek “siapa saja yang terlibat dalam mendirikan “rumah“ itu menjadi lebih luas lagi. Disinilah aspek psikologis tampak dalam pengalaman yang dimiliki seseorang, ciri pembawaannya (trait), dan institusi yang memampukannya memiliki pengalaman dan ciri pembawaan yang postitif (Lihat kutipan). Seluruh peran serta orang-mulai dari orang terdekat (orangtua), saudara kandung, teman atau sahabat, gereja, sekolah dan lingkungan (neighborhood), bahkan pemerintah diperlukan untuk mem-bangun karakter seseorang.

Hal yang terakhir namun bukan yang akhir adalah dasar karakter yang ada. Seperti yang telah disinggung diatas bahwa fondasi dimana karakter itu didirikan juga penting. Fondasi ini disebut iman Kristen, yakni apa yang dipercayai seseorang dalam mem-bangun karakternya maupun interaksinya dengan orang lain sangat mempengaruhi perilakunya sehar-hari. Disini iman Kristen berbicara tentang kasih dan kuasa yang menjadi dasar karakter yang kokoh. Kasih dari Kristus yang lebih dululu mengasihi kita dan kuasa FirmanNya yang mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran memperlengkapi karakter seseorang untuk melakukan setiap perbuatan baik (2 Timotius 3:16).

Character Building Teacher

John O.H. Sihombing

Edited by D. I. Katoppo

Resources

Alkitab LAI 2001

Christopher Peterson and Martin E.P. Character Strength and Virtues, Seligman, Oxford University, 2004.

Next: Who’s the focus?

“Positive psychology focuses on three related topics: the study of positive subjective experiences, the study of positive individual traits, and the study of institutions that enable positive experience and positive traits” (Seligman and Csikzentmihalyi, 2000) taken from the Character Strength and Virtues, Christopher Peterson and Martin E.P. Seligman, Oxford University, 2004.

2 komentar:

deni oktora mengatakan...

bang john...selama ini aku selalu mempunyai pikiran klo karakter seorang tuh ditentukan oleh gen & lingkungan saja, jadi aku selalu berpikir, klo orang itu memiliki karakter seorang pesimistis maka seluruh hidupnya ya identik dengan pesimistis iti tadi, mustahil alias impossible klo orang itu merubah identitasnya manjadi seorang yg optimistis.. macam2 karakter orang dapat kita jumpai waktu kita menduduki bangku SD (sekolah dasar) aku pnya teman yang tadinya SD dan bertemu kembali waktu kuliah, ternyata tidak banyak berubah soal karakter.. ini cerita nyata saya, temen SD saya itu dulu nya bodoh,n gak nyambung di ajak bicara, dan culun bgt, sekarang dia satu kampus sama saya, ternyata masih saja.. mungkin terlalu objektif ya bang, tapi menurut penelitian karakter seseorang, kecerdasan seseorang itu semuanya ditentukan dalam masa pertumbuhan manusia sewaktu masih di janin ibu kita. di situ segala macam zat gizi akan mempengaruhi banyak perkembangan mental dan psikologis seseorang yang akan memiliki peranan penting untuk seumur hidupnya.. bener ga bang

P' John mengatakan...

Saya pernah mendengar pandangan seperti itu, Deni. Saya memandang berbeda. Mungkin karena apa yang kita percayai bahwa Tuhan dapat merubah seseorang.
Kemudian saya tanyakan kepada salah seorang terjun dalam bidang psikologi. Dia barusan mengatakan kepada saya bahwa memang ada universitas yang memiliki pandangan tersebut, namun pandangan tersebut di dasari oleh evolusionist, genetic, dan instinctive point of view. She says, Christianity based on hope for life.
Maaf tadi saya hanya tanya kepadanya atas jawaban pertanyaanmu agar lebih objektif, tapi saya belum dapat izin dia untuk menampilkan namanya tertulis. Thank you.
Deni, jangan heran ya, kalau saya masih tanya orang lain juga. Saya sadari betul bahwa semuanya ini menjadi sarana pembelajaran kita bersama.
Peace be with you,
John