Kamis, 27 November 2008

Berani Tampil Beda

Membangun Nilai-nilai Kristiani

Kita berada dalam generasi “tanpa limit”. Kebebasan lebih utama daripada prinsip dan nilai-nilai Kristiani. Dunia akan mengatakan kepada kita bahwa semuanya baik-baik saja sementara nilai-nilai iman, kasih dan pengharapan kian hilang ditengah arus modernisasi. Iman tergantikan logika dan “banyaknya jalan menuju Roma“. Bukan saja pengobatan memiliki jalan alternatif, namun ibadah dan imanpun mempunyai jalan alternatif. Bagaimana dengan kasih? Kasih tergeser oleh kepentingan diri sendiri, kelompok, agama, partai, dan golongan-golongan yang ada. Sementara pengharapan tidak lagi digerakan oleh janji Tuhan tapi kemewahan, keistimewaan, kerupawanan dan kekuasaan.

Perhatikan Yonathan, imannya tidak berubah oleh fasilitas apapun yang dimilikinya sebagai anak seorang raja. Kasihnya diletakkan atas hubungan antar pribadi bukan golongan, apalagi materi. Pengharapannya diletakkan pada Tuhan, karena itu ia berkata, “. ...Mungkin TUHAN akan bertindak untuk kita, sebab bagi TUHAN tidak sukar untuk menolong, baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang...”. Yonatan mengerti apa yang dimaksud oleh Tuhan untuk bersandar sepenuhnya kepadaNya. Ia belajar dari masa lalu bahwa Tuhan selalu membawa kemenangan bagi Israel bukan karena banyaknya pasukan berkuda, kereta dan senjata yang digunakan. Ia tahu bahwa apa yang berulang kali telah diletakkan oleh Tuhan sebagai nilai-nilai iman kepadaNya takkan berubah oleh perkembangan zaman, situasi dan keadaan apapun.

Renungkan

Perubahan apakah yang anda miliki setelah anda percaya kepada Yesus? Apakah anda menetapkan nilai hidup anda berdasarkan dunia, diri sendiri dan orang disekitar anda? Apakah standard kebenaran dan nilai anda di dasarkan oleh kebenaran FirmanNya? Segera putuskan sikap anda.

Doa:

Tuhan inilah renunganku bagimu. Apa yang telah kutuliskan dan kubaca berasal darimu. Segala kemuliaan hanya bagimu. Biarlah aku menjadi orang yang berani tampil beda. Amin.

Alkitab, LAI Erwin Raphael Mc Manus. Seizing Your Divine Moment. Nashville, Tennesses: Nelson

Books, 2002, p. 128-147

H.G.Bishop Youssef. Bishop, Coptic Orthodox Diocese of the Southern United States

Berani Tampil Beda

Bertekun dalam Pengajaran

Bagi sebagian orang kegagalan Saul tampak jelas ketika ia berusaha membunuh Daud karena iri hatinya. Sebagian orang lagi mungkin melihat Saul sebagai hamba yang diurapi dan kehilangan “mahkotanya“ karena Ia lebih menaati keinginan hatinya daripada perintah Tuhan kepadaNya. Tapi pernahkan kita berpikir, bagaimana Yonathan mengenal Tuhan dengan baik di masa kanak-kanaknya. Saul bertumbuh sebagai seorang raja yang semakin gila “kuasa“, namun kita tidak bisa meniadakan bahwa Yonathan mengalami masa kanak-kanak ketika ayahnya masih megikuti kehendak Allah. Setidaknya kita melihat persahabatan Yonathan sebagai persahabatan dalam kebenaran. Kebenaran itu hidup dalam diri Yonathan sehingga ia dapat membedakan apa yan baik dan yang berkenan dihadapan Allah.

Ketekunan ini mengingatkan kita tentang jemaat mula-mula. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan (Kisah Para Rasul 2:42). Ketekunan kita dalam pengajaran membuat kita berbeda. Ketekunan dalam pengajaran tidak menutup mata kita hanya pada teladan yang baik saja, namun juga pelajaran-pelajaran yang dapat kita petik dari kesalahan orang lain. Ada banyak orang yang mengikuti pengajaran hanya karena tradisi turun-temurun, kalau orang-orang yang mendahului kita salah maka selanjutnya kitapun akan melakukan kesalahan yang serupa. Namun tidak demikian dengan Yonathan. Ketekunannya dalam kebenaran dapat melepaskan dirinya dari kesalahan serupa yang dilakukan oleh ayahnya. Disini kita mendapati bahwa pertentangan bisa terjadi diantara generasi muda dan tua, namun tidak menutup kemungkinan juga pertentangan dapat terjadi antara pribadi dan lingkungan yang ada.

Pertanyaannya sekarang adalah: apakah kita tahu kebenaran (Yesus) itu? sejauh mana kita bersekutu dan dekat dengan kebenaran itu? sejauh mana kita diterangi oleh kebenaran melalui FirmanNya setiap hari?

Kamis, 20 November 2008

Berani Tampil Beda

Apa yang membuat kita berbeda?

Mengikuti Pengaruh yang benar

Apa yang membuat Yonatan bertindak berbeda dengan ayah dan pasukannya? Ada dua hal yang dapat mempengaruhi Yonathan untuk bertindak berbeda dengan yang lainnya. Pertama, ia berbeda kartena ia memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan. Ia melihat kemungkinan-kemungkinan dari perspektif Allah. Ia dapat mempergunakan kesempatan dengan baik karena ia tahu hati Tuhan. Ia tahu apa yang dapat Tuhan kerjakan dalam hidupnya dan janji yang Tuhan berikan bagi bangsaNya. Kedua, ia berbeda karena ia memiliki persahabatan yang sangat mempengaruhinya, yaitu persahabatannya dengan Daud. Berangkat dari kedua hal inilahYonathan mampu mempengaruhi pembawa senjatanya untuk bersama-sama melakukan apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Di dalam 1 Samuel 14:7 dinyatakan,“Lalu jawab pembawa senjatanya itu kepadanya: "Lakukanlah niat hatimu itu; sungguh, aku sepakat.“

Renungkan:

Pengaruh yang baik dan buruk bisa datang dari mana saja, bisa dari orangtua kita, teman (sekolah, sekerja, sepermainan), maupun perkembangan teknologi (social networking seperti facebook, friendster; Handphone; online game; informasi yang kita dapatkan dari surfing internet, dst.). Derasnya informasi yang tak terbendung menantang kita untuk mengambil keputusan tiap detik dan menentukan apakah kita dipengaruhi atau mempengaruhi.

Doa:

Tuhan Yesus ajarkanlah kami untuk menghitung hari demi hari agar kami beroleh hati yang bijaksana.

Jumat, 14 November 2008

Born Again Christian – Kelahiran Kembali /Lahir Baru

Born Again Christian – Kelahiran Kembali /Lahir Baru John, gue mau tanya: 1. Apa artinya lahir baru bagi orang Kristen yang sudah dewasa? 2. Apa kita bisa mengatakan kita ini sudah lahir baru sementara kita masih melakukan hal-hal yang tidak baik? Apa artinya lahir baru bagi orang Kristen yang sudah dewasa? Lahir baru sering disebut dengan istilah Born Again, terjemahah Indonesia menjadi Dilahirkan Kembali atau sering disebut sebagai Lahir baru (bukan reborn, ya). Tidak ada ketentuan apakah seseorang yang lahir baru secara fisik itu haruslah orang yang dewasa atau tidak. Seharusnya ketika orang percaya kepada Yesus maka secara otomatis ia mengalami kelahiran kembali. Namun, kenyataannya banyak iman yang tumbuh karena turunan bapak-ibu Kristen, orang-orang yang mengenal hukum taurat dan pengajaran agama dan orang-orang yang “percaya” tetapi memiliki kehidupan yang lama atau duniawi. Yesus menggunakan istilah “kelahiran” yang biasa dipakai dalam persalinan untuk menegaskan maknanya secara rohani, bukan jasmani. PertemuanNya dengan Nikodemus (Yohanes 3:1-13) secara analogi mengajarkan “kelahiran kembali” dalam hubungan rohani yang baru, dimana Allah menjadi Bapa dan kita menjadi anak-anakNya (Yohanes 1:12). Yesus sedang mengkontraskan kehidupan Nikodemus sebagai ahli agama yang memiliki kehidupan rohani berdasarkan tuntutan hukum taurat dan agamanya. Walau seseorang menyatakan dirinya sebagai orang Kristen namun seringkali kehidupan mereka masihdi didalam kesenangan duniawi atau di dalam daging. Kata “dilahirkan” kembali digunakan dalam kalimat pasif, yang menandakan sebuah peran Roh Kudus dalam kehidupan orang yang percaya kepadaNya. Kelahiran kembali berbicara tentang kelahiran di dalam Roh bukan di dalam dagng. Kelahiran kembali merupakan awal proses seseorang hidup didalam Roh dan dipimpin oleh Roh. Lalu, apakah kita dapat mengatakan bahwa kita sudah lahir baru sementara kita masih melakukan hal-hal yang tidak baik? Seorang yang telah lahir baru tidak lagi menyukai dosa. Kehidupannya berperang melawan dosa. Luputnya seseorang yang telah lahir baru dalam menaati Firman Tuhan bukanlah menandai perilakunya yang suka berkubangandengan dosa. Karena orang yang lahir baru tidak lagi dikuasai oleh dosa. Tindakan yang tidak baik (dosa) bukan lagi dalam konteks kehidupan yang mengikuti keinginan daging atau nafsu dunia. Namun tindakan ini muncul karena seorang yang telah lahir baru tersebut tidak memberikan dirinya untuk selalu dipimpin oleh Roh. Itulah sebabnya Paulus menyatakan “Aku manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?“ (Roma 7:24). Kelahiran baru menandai adanya pertentangan antara menuruti keinginan daging dengan keinginan Roh. Kemenangan tidak lagi terletak pada ketidakmampuan kita melawan dosa. Karena “Roh yang memberi hidup dan telah memerdekakan kita dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum taurat (Roma 8:2). Sehingga setiap tuntutan hukum taurat, yakni tuntutan untuk mentaati Tuhan dan FirmanNya dapat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh (Roma 8:4). Kelahiran baru adalah tanda dimulainya status yang baru, ciptaan baru, dimana yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang (2 Korintus 5:17). Renungkan: Apakah anda sudah mengalami kelahiran kembali? Ingat tanda kelahiran kembali bukan karena anda sudah Kristen dari bapak-ibu, dibaptis, rajin ke gereja dan melakukan seluruh aturan agama yang ada. Kelahiran kembali bukan lahir kembali secara jasmani, sebuah konsep reborn atau reinkarnasi. Kelahiran kembali terjadi secara rohani dimana peran Roh Kudus secara aktif bekerja di dalam diri anda yang percaya kepadaNya. Kelahiran kembali tidak menghilangkan status kita sebagai orang berdosa namun memerdekakan dan memampukan kita untuk melawan dosa dan hidup dalam pimpinan RohNya. Namun, pertanyaannya sekarang adalah: Apakah anda merasa telah percaya kepadaNya dan dilahirkan kembali namun sedang bergumul dalam dosa, kecanduan, kecenderungan dosa yang menghantui pikiran dan perasaan anda dan memperbudak anda untuk kembali melakukan hal yang sama? Jika demikian, anda perlu dilahirkan kembali! To be continued: Bagaimana saya dapat dilahirkan kembali? Catatan: Konsep Kelahiran Kembali terdapat dalam Yohanes 3:1-13. Konsep ini diusung kembali oleh Billy Graham dan pelayanan Youth for Christ. Pengetahuan dan pendalaman saya mengenai Kelahiran Kembali dibangun atas keinginantahuan saya tentang percakapan Yesus dengan Nikodemus. Pengertian ini bertumbuh dalam proses internalisai sejak saya menerima Yesus sebagai juru selamat. Puncak pemahaman saya terjadi ketika bertemu dengan Pdt. H. Lengkong (mantan ketua Youth for Christ di Indonesia) pada tahun 1999.

Sabtu, 08 November 2008

Aliran Abraham dan Iman Abraham

Seorang pemudi bertanya kepada saya. Bang John, ada temanku dari “aliran Abraham” yang mengatakan bahwa iman Kristen itu sama dengan iman keturunan Abraham lainnya, yaitu Ismail. Imannya kepada Tuhan yang sama karena berasal dari Abraham. Tentu saja saya kaget, bukannya saya tidak menghargai “kepercayaan orang lain“ namun kepelbagaian harus dihargai menurut keunikannya masing-masing. Adapun kesamaan tidak meniadakan perbedaan demikian juga sebaliknya. Lalu saya menjawab begini: Pertama, kita tahu bahwa iman Kristen tidak mengenal “iman turunan“. Salah satu bukti ialah ayah-ibu yang beda agama. Anak mereka tidak mungkin menganut kedua agama dengan alasan iman “turunan“ tersebut. Kita sendiri sudah mengetahui tentang “iman turunan“ ini dari khotbah-khotbah di gereja atau persekutuan anda masing-masing. Kedua, berbicara tentang iman yang “sama“ dari Abraham, maka kita perlu merujuk ke tindakan iman Abraham di bukit Moria (Kejadian 22:1-19). Perhatikan peristiwa Abraham yang menyerahkan Ishak, apakah disana ada Ismael? Peristiwa ini sangat penting karena iman Abraham diuji bukan dalam konteks iman yang berkuasa dan meminta Tuhan untuk membatalkan perintahNya. Iman disini adalah penyerahan total kepada kehendak Allah. Penyerahan diri adalah tanda bahwa ia percaya kepada Allah. Iman ini juga yang dimiliki ketika Sadrakh, Mesakh, Abednego berkata, “ Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." (Daniel 3:17-18). Iman Abraham mengarahkan kita kepada tindakan Bapa yang menyerahkan AnakNya, Yesus Kristus, sehingga barangsiapa yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal. Tindakan ini nyata dimulai ketika Allah menjadi manusia,Yesus Kristus, menyerahkan diriNya di taman Getsemani dan menyelesaikan semuanya diatas kayu salib. Lalu, dulu dan sekarang, apa kesamaannya? Kalau Ishak dibukit Moria dan kita menyaksikan iman yang menyerahkan diri itu, dimanakah Ishmael? Apa bukti bahwa Ishmael memiliki iman dalam peyerahan diri total tersebut? Apakah keturunannyapun akan percaya kepada Yesus? Lalu, entah kita keturunan Ismael atau Ishak dalam iman, apakah bukti iman kita ketika maut dihadapan kita? Apakah kita yakin bahwa Tuhan akan menyelamatkan kita sama seperti Ia “menyelamatkan“ Ishak karena Ia tidak menghendaki kematiannya? Anehnya, banyak “orang beragama“ yang mau mati demi agamanya bukan dalam konteks “penyerahan“ diri dari ajaran Abraham sesungguhnya, namun bersedia mati untuk BERPERANG demi Tuhan. Kalau begitu, apakah sekarang kita katakan bahwa “iman“ keturunan Abraham itu sama? Renungkan: Iman memiliki dua sisi yang sangat berbeda. Di satu pihak, iman meminta kita untuk bertindak dan keluar dari kekuatiran, kekecewaan, ketakutan dan perangkap “ketidakmampuan“ dalam hidup kita. Di pihak yang lain iman menantang kita untuk mengutamakan dia dan menyerahkan segalanya kepadaNya. Lalu, kapan anda terakhir menyerahkan segalanya kepada Tuhan? Apakah anda hanya menunggu sampai Tuhan menyadarkan diri anda bahwa anda tidak mampu menjalani hidup sendiri tanpa DIA? Serahkan hidup kita setiap hari kepadaNya. Serahkanlah semuanya padaNya dan bertindaklah sesuai jalan-jalanNya.

Selasa, 04 November 2008

Dare to be Different Inside-Out

We can look children faith inside-out. They didn't know what is the meaning to be different with their look but they make adult know how their difference from adult. So, are you going to have a child faith and showing that you are different from inside-out.

Sabtu, 01 November 2008

Berani Tampil Beda buat Tuhan

Confront not conform Roma 12:2 menyatakan, Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Ada banyak dari kita secara tidak sadar telah berkompromi dengan perilaku duniawi. Mungkin karena kita selalu berpikir bahwa Tuhan hanya menginginkan kita untuk tidak melakukan sesuatu yang tidak berkenan kepadaNya. Kita lupa bahwa kompromi juga merupakan sikap kala Tuhan inginkan untuk melakukan sesuatu namun kita tidak melakukannya. Tuhan mengatakan “Tidak” menjadi serupa dengan dunia, tapi ia mengatakan “Ya” untuk selalu berubah dalam pikiran dan tindakan kita sesuai dengan kehendak Allah. Apa yang Allah inginkan anda untuk lakukan hari ini lakukanlah! Jangan berhenti, jangan menunggu, namun berubahlah. Lakukan sesuatu sesuai kehendak Tuhan. Disinilah “Jonathan Factor” bekerja, karena ia tidak menunggu sebagaimana prajurit lainnya, namun ia maju untuk suatu perubahan dan ia melakukan perubahan itu, Israel menang atas Filistin.