Jumat, 17 Juli 2009

Kehidupan Seorang Berhikmat Dikenal dari Buahnya yang Mendatangkan Keamanan dan Perlindungan

“…maka mereka akan memakan buah perbuatan mereka, dan menjadi kenyang oleh rencana mereka.Sebab orang yang tak berpengalaman akan dibunuh oleh keengganannya, dan orang bebal akan dibinasakan oleh kelalaiannya.Tetapi siapa mendengarkan aku, ia akan tinggal dengan aman, terlindung dari pada kedahsyatan malapetaka." Amsal 1:31-33 Kita tidak dapat menilai seseorang dari penampilannya atau tampak luarnya saja. Kita dapat mengetahui seseorang terutama dari buah perbuatannya. Setidaknya demikian kalimat yang sering diperdengarkan oleh pengkhotbah, pendeta, jemaat ataupun orang-orang di lingkungan gerewaji pada umumnya. Penulis Amsal mendorong kita untuk berpikir lebih jauh, yaitu bukan saja perkara perbuatan yang dihasilkan seperti buah dari pohon, melainkan juga apa yang akan dimakan dari pohon yang menghasilkan buah yang buruk. Perbuatan-perbuatan yang buruk maupun jahat akan dituai oleh barangsiapa yang melakukannya dan merencanakannya (ay. 31b). Kemudian Penulis Amsal menjelaskan tentang akibat dari perbuatan buruk yang dilakukan oleh orang yang tak bepengalaman, yaitu berupa kematian. Hal ini terjadi karena keengganannya untuk menerima nasihat (ay. 30a) Sementara itu kelalaian yang berakibat kebinasaan terjadi karena orang bebal menolak segala teguran (ay. 30b). Lalu bagaimana kita mengupayakan agar diri kita tidak menjadi orang-orang tidak berpengalaman yang dibunuh oleh keengganan dan menjadi orang-orang bebal yang dibinasakan oleh kelalaian kita sendiri. Pengecualian disebutkan oleh penulis Amsal, yaitu jika kita berpaling dan mendengarkan hikmat daripadaNya. Hikmat akan memberikan rasa aman dan terlindungi dari kedahsyatan malapetaka (ay. 33).

Kamis, 16 Juli 2009

Takut akan Tuhan itu Pilihan

Oleh karena mereka benci kepada pengetahuan dan tidak memilih takut akan Tuhan, tidak mau menerima nasihatku, tetapi menolak segala teguranku,.. Amsal 1:29-30 Cinta itu memilih. Apakah anda setuju atau tidak? Setidaknya sebagian orang-orang yang “cukup dalam” memahami arti cinta akan mengerti maksud kata-kata ini. Lalu ada pernyataan demikian, “Perasaan itu pilihan”. Setidaknya sebagian orang yang tidak mengalami gangguan dalam perasaannya dan menggeluti psikologi akan setuju dengan pernyataan ini. Namun apakah tidak mencintai berarti membenci dan jika tidak merasa senang juga berarti membenci. Jawaban untuk semua itu terlalu dini (awal), bukan? Kita tidak dapat memberi kesimpulan begitu cepat dan menghubungkan segala sesuatu dengan kebencian. Demikian juga Firman Tuhan yang menjadi dasar hari ini. Penulis Amsal mengungkapkan “…mereka benci kepada pengetahuan”. Coba anda bayangkan jika kita diperhadapkan untuk memilih, apakah yang kita perlukan? Uang, kuasa atau pengetahuan? Kalau kita berkata, “Tentu Uang!” Jawaban itu salah. Ada banyak orang yang punya uang, namun sebenarnya tidak pernah memilih. Mengapa demikian? Karena mereka tidak dapat membedakan antara kebutuhan dan kenginan. Pilihan yang didasarkan uang seringkali “membabi buta”. Mereka menggunakan kata “pilihan” untuk memiliki segala sesuatu yang mereka inginkan. Lalu bagaimana dengan kuasa? Pernahkah kita bertemu dengan orang yang haus akan kuasa merasa puas dan memilih untuk menerima kekalahannya? Itu sebabnya penulis Amsal berbicara tentang pengetahuan yang mendatangkan hikmat bagi seseorang untuk memilih. Seseorang yang membenci pengetahuan dijabarkan sebagai orang yang selanjutnya “tidak memilih takut akan Tuhan”, ay. 29. Mengapa demikian? Karena orang tersebut membenci pengetahuan. Seperti orang yang sedang “dimabuk asmara” ia tidak lagi merasa perlu mengetahui siapakah pasangannya yang sesunguhnya. Ia tidak mau menerima nasihat dan menolak teguran, ay. 30. Jadi sebelum kita memilih untuk tidak takut akan Tuhan, tanyakan pada diri kita masing-masing, apakah kita sedang membenci pengetahuan? Apakah yang kita ketahui sudah merupakan kesimpulan untuk hidup tanpa takut akan Tuhan? Apakah segala sesuatu yang kita pilih di dasari oleh takut akan Tuhan? Doa: Tuhan ajar aku untuk mencintai pengetahuan yang Kau berikan. Sehingga aku selalu memilih dalam takut akan Tuhan.

Rabu, 15 Juli 2009

Apa yang akan datang Tiba pada waktuNya

..maka aku juga akan menertawakan celakamu; aku akan berolok-olok, apabila kedahsyatan datang ke atasmu seperti badai, dan celaka melanda kamu seperti angin puyuh, apabila kesukaran dan kecemasan datang menimpa kamu. Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak akan kujawab, mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan aku. Amsal 1:26-28 Penulis Kitab Amsal menggunakan kalimat hiperbola untuk menggambarkan apa yang akan terjadi pada orang-orang berdosa, orang-orang yang tidak berpengalaman dan orang-orang yang tidak menerima hikmat bekerja dalam hidup mereka. Penulis menggunakan kata “badai”, “angin puyuh” dan kemudian menjelaskannya bahwa apa yang akan terjadi berupa kesukaran dan kecemasan. Ketika membaca ayat ini mungkin kita berpikir, “ah gertak sambal” (Bluffing). Namun perhatikan ayat selanjutnya, terutama pada kata-kata “Pada waktu itu…”. Disini ayat ini memberi kesan bahwa sesuatu tak terduga terjadi dan itu bukan dalam ukuran waktu kita melainkan waktu Tuhan. Kesadaran terhadap segala sesuatunya sudah terlambat karena tingkat kesukaran dan kecemasan masuk pada level yang lebih tinggi, yaitu dimana Allah tidak menjawab dan tidak dapat ditemukan. Kita dapat bayangkan apa yang akan dialami ketika sesuatu sudah terlambat. Baru-baru ini kita digugah oleh peristiwa kebakaran yang membuat beberapa pelayan sebuah restoran ikut terbakar dan kehilangan nyawa mereka. Salah satu yang menjadi korban adalah seorang ibu yang memiliki anak yang menunggui kuburan ibunya dan tidak mau pulang. Coba bayangkan kalau hubungan kita berada dalam posisi anak ini dan Allah sebagai orangtua kita. Kengerian apalagi yang bisa kita bayangkan kalau kita sudah kehilangan komunikasi selamanya dengan Tuhan. Selidiki hidup kita dan tanyakan pada diri saudara, ”apakah kita sedang mengalami kesukaran dan kecemasan?” Apakah anda merasakan bahwa Tuhan tidak sedang mendengar, apalagi menjawab saudara? Apakah anda menganggap sudah bertekun namun terasa sia-sia karena tidak menemukan Tuhan? Allah memanggil anda dalam hikmatNya, di dalam Dia pasti ada jalan keluar, namun sudahkah anda mengindahkanNya? Sudahkah anda mengindahkan Tuhan sebelum tiba waktuNya?

Selasa, 14 Juli 2009

Berbagai Cara Hikmat Bekerja

Oleh karena kamu menolak ketika aku memanggil, dan tidak ada orang yang menghiraukan ketika aku mengulurkan tanganku, bahkan, kamu mengabaikan nasihatku, dan tidak mau menerima teguranku,… Amsal 1:24-25 Ada banyak orang bertanya, “bagaimana saya mendapatkan hikmat?” Namun mungkin sedikit orang bertanya, “bagaimana hikmat bekerja?”. Ada beberapa orang yang sangat mencintai hikmat bagai filsuf-filsuf modern. Sementara itu ada orang yang mengejar hikmat dalam pepatah-pepatah kuno, wejangan-wejangan tempoe doloe sampai dongeng-dongeng kuno. Amsal 1:24-25 setidaknya menampilkan 4 cara hikmat bekerja, pertama memanggil; kedua, uluran tangan untuk menolong di ayat 24; ketiga, nasihat dan keempat, teguran di ayat 25. Tapi apakah respon kita terhadap cara hikmat bekerja? Kita menolak ketika dipanggil, tidak menghiraukan ketika uluran tangan datang kepada kita, mengabaikan nasihat dan tidak mau menerima teguran. Jelas sekali cara hikmat bekerja menuntut kita untuk mau menerima panggilan, mau menerima uluran tangan, tidak mengabaikan nasihat dan mau menerima teguran. Dan jika kita tidak siap menerima hikmat maka ia tidak akan bekerja dalam kehidupan kita. Ayat ini juga memperjelas bagi kita bahwa Allah dalam hikmatNya telah mengulurkan tangan untuk keselamatan kita melalui Yesus Kristus. Inilah yang disebut Paulus sebagai hikmat Allah (1 Korintus 1:18-31). Pertanyaannya bagi kita sekarang adalah: Kalau kita sudah menerima uluran tangan Tuhan melalui Yesus Kristus, apakah hidup kita telah menerima panggilan, nasihat dan teguranNya? Doa: Ya Tuhan, lembutkan hati kami agar mau menerima panggilan, uluran tangan, nasihat dan teguranMu. Dalam nama Tuhan Yesus, Amin.

Teguran sebagai Tanda Kasih Sayang Bapa terhadap anakNya

Berpalinglah kamu kepada teguranku ! Sesungguhnya , aku hendak mencurahkan isi hatiku kepadamu dan memberitahukan perkataanku kepadamu. Amsal 1:23 Gambaran yang diberikan ayat ini seperti gambaran yang ada dalam hubungan orangtua dan anaknya. Konteks pada ayat 8, 10 menyatakan kepada kita adanya hubungan orang tua yang mendidik dan mengajar anaknya agar mendengarkan pengalaman kedua orangtuanya (ay. 22). Ayat ini mengingatkan apa arti teguran yang diberikan orangtua kita; bagimana kita meposisikan diri sebagai orangtua maupun sebagai anak. Kadangkala diposisi anak kita sulit sekali melihat teguran sebagai tanda kasih sayang orangtua kepada kita. Sebagai anak kita seringkali mengartikan teguran sebagai pem-batasan terhadap hak dan kebebasan seorang anak. Sementara itu diposisi orangtua kita kadang mengalami kesulitan dalam menempatkan motif kasih dalam teguran. Kalau orangtua marah kadang motif kasih itu tidaklah tampak. Lalu, apakah berarti ayat diatas memunculkan “pertentangan”secara realita? Ya. Kalau begitu apakah ayat ini bertentangan dalam esensi apa yang dimaksudkan Tuhan kepada kita? Tentu saja tidak. Ayat ini menempatkan kita untuk melihat maksud tersebut diluar apa yang mungkin kita alami dan terapkan sehari-hari. Kegagalan melihat teguran dalam motif kasih dan mewujudkan kasih dalam teguran bukanlah kegagalan Firman Tuhan untuk berbicara dan mengarahkan maksudNya kepada kita semua. Allah ingin kita mengetahui bahwa dialah Bapa yang mengajarkan apa artinya teguran-Nya; bagaimana kita sebagai orangtua menggunakan teguran dan bagaimana seorang anak merespon teguran yang datang sewaktu-waktu. Teguran bukanlah pelampiasan kemarahan dan pembatasan hak ataupun kebebasan kita. Teguran adalah wujud kasih dimana Bapa atau orangtua kita hendak mencurahkan isi hati. Teguran merupakan keseluruhan per-kataan yang diperlukan bagi kita semua. Ia tidak menyembunyikan isi hati dengan perkataan yang manis namun tidak mendidik. Ia tidak munafik dan menebarkan kebencian melalui kata-kata yang menyerang dan menusuk dibelakang (back stabber). Tanyakan pada diri anda, apakah motif teguran anda terhadap orang lain? Apakah anda menyembunyikan perkataan yang seharusnya dikatakan untuk mengingatkan ataupun mengarahkan seseorang terhadap perilakunya? Apapun posisi anda sebagai orang dewasa kita diingatkan untuk menempatkan teguran dalam proporsi yang sebenarnya. Curahkan isi hati saudara, beritahu apa yang seharusnya anda katakan , berikan alasannya dan buatlah orang berpaling untuk mengathui teguran anda bermakna baginya. Doa: Ajar aku melihat isi hatimu dan berpaling pada teguranMu! Terima kasih atas kesungguhanmu padaku, Tuhan. Beritahu seluruh perkataanMu padaku dan ajarku Bapa untuk memperhatikan teguran orangtuaku, orang-orang disekitarku. Akhirnya, Tuhan berikan aku kemampuan untuk menjadi orangtua yang menempatkan teguran bagi anak-anakku sesuai apa yang Kau ajarkan kepadaku. Dalam namaTuhan Yesus, Amin.

Minggu, 12 Juli 2009

Hikmat ada diantara kita

Hikmat berseru nyaring di jalan-jalan, di lapangan-lapangan ia memperdengarkan suaranya, diatas tembok-tembok ia berseru-seru, didepan pintu-pintu gerbang kota ia mengucapkan kata-katanya. “Berapa lama lagi, hai orang yang tidak berpengalaman, kamu masih cinta kepada keadaanmu itu, pencemooh masih gemar pada pencemooh, dan orang bebal benci kepada penhgetahuan? Amsal 1:20-22 Ketika membaca ayat ini mungkin kita teringat akan ucapan yang yang mengatakan, “hati-hati tembokpun bertelinga”. Ucapan ini bermaksud mengingatkan agar kita berhati-hati karena apa yang kita bicarakan pada saat itu mungkin dapat terdengar oleh orang lain. Penulis Amsalpun sebenarnya menggunakan bahasa yang sama, yaitu bahasa kiasan. Namun, ia bukan sedang mengingatkan kita untuk berhati-hati karena apa yang kita bicarakan nanti bisa terdengar oleh orang lain, melainkan ia ingin menyatakan bahwa hikmat akan menyertai orang yang takut akan Tuhan. Ia tidak ingin menimbulkan rasa kuatir, takut atau curiga melainkan menegaskan keberadaan Tuhan yang selalu bersama orang-orang yang takut akan Dia. Orang-orang yang tidak takut akan Tuhan mendapati kesulitan untuk menemukan mana jalan Tuhan dan yang mana yang bukan jalan Tuhan. Mereka sering dipengaruhi oleh keadaan, lingkungan sekitar, pencemooh dan orang-orang yang bebal yang membenci pengetahuan. Kalau mereka mendapatkan halangan maka mereka akan mundur dan tidak menjadikan halangan tersebut bagian dari pengajaran untuk mendapatkan hikmat dari Tuhan. Kalau mereka bertemu dengan pemuka-pemuka kota, orang-orang terpelajar, pemimpin-pemimpin maka mereka tidak memandang penting apa yang mereka ucapkan. Mereka adalah orang-orang yang mengandalkan pemikirannya sendiri , tidak belajar dari pengalaman, mudah menerima keadaan yang menjadikan mereka hanya sebagai pencemooh dan orang bebal. Bagaimana dengan keadaan anda hari ini? Apakah Tuhan mengajarkan hikmatNya pada anda hari ini? Adakah situasi yang demikian sulit bagi saudara untuk menemukan jalan yang Tuhan kehendaki? Apakah anda siap mendengar Tuhan yang menuntun melalui hikmat yang diberikanNya? Tahukah anda bahwa Tuhan dan hikmatNya sangat dekat dengan anda?

Sabtu, 11 Juli 2009

Orang Berdosa yang Tidak Bertobat

… 16karena kaki mereka lari menuju kejahatan dan bergegas untuk menumpahkan darah. 17Sebab percumalah jaring dibentangkan di depan mata segala yang bersayap 18padahal mereka menghadang darahnya sendiri dan mengintai nyawanya sendiri. 19Demikianlah pengalaman setiap orang yang loba akan keuntungan gelap, yang mengambil nyawa orang yang mempunyainya (Amsal 1:16-19)

Ketika kita hidup dalam keberdosaan seringkali kita melakukan “tawar-menawar” soal akibat dari apa yang kita telah lakukan. Lalu kita bolak-balik melakukan dosa dan “bertobat’ untuk kemudian melakukan dosa lagi. Sebenarnya apa yang sedang terjadi?

Penulis Amsal di ayat ke 16 menjelaskan kepada kita bahwa keberdosaan sesungguhnya membuat kita berlari untuk melakukan kejahatan. Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya kita melakukan bukan saja dosa namun juga kejahatan yang merugikan orang lain.

Kemudian, penulis juga melihat bagaimana “jaring dibentangkan”, yaitu hal-hal yang menghalau atau mungkin menghukum untuk mengingatkan pendosa didepan para saksi (“di depan mata segala yang bersayap”) sehingga segalanya tidak terbantahkan lagi. Namun orang berdosa ini tidak juga bertobat dan terus saja melakukan kejahatan di hadapan Tuhan. Karena itu, keberdosaan dan kejahatannya mengakhiri kehidupanya sendiri. Istilah asingnya berbunyi, “you will reap what you sow” atau “what goes around comes around”.

Penulis Amsal mengakhiri penjabarannya (ay. 8-19) dengan memberi kesimpulan, “Demikianlah pengalaman setiap orang yang loba akan keuntungan gelap, yang mengambil nyawa orang yang mempunyainya”. Pesan ini mengingatkan kita bahwa segala konse-kwensi akan kembali terjadi sampai saat ini, yaitu bagi orang-orang yang suka mencari keuntungan sendiri dan yang berlaku jahat hingga mengakibatkan orang lain kehilangan hal yang terpenting dalam hidupnya, bahkah segala sesuatu dalam hidupnya.

Doa: Tuhan ajarkan aku untuk bergegas dalam melakukan kehendakMu dan bukan kejahatan. Ajar aku untuk melihat “tanda-tanda” yang Kau bentangkan untuk mengingatkan-ku agar tidak terjerumus dalam keberdosaan, mencari keuntungan sendiri yang semu dan mengakhiri hidup dalam ketidakpastian.

Jumat, 10 Juli 2009

Jalan Hidup Orang Benar Diterangi oleh Firman Tuhan.

Hai, anakku, janganlah engkau hidup menurut tingkah laku mereka, tahanlah kakimu dari pada jalan mereka,…. Amsal 1:15 Konteks kata “mereka” merujuk kepada “orang berdosa” di ayat 10. Hal yang menarik disini adalah Firman Tuhan tidak menekankan “orang berdosa” sebagai pribadi tetapi lebih kepada tingkah laku. Tuhan memperhatikan tingkah laku seseorang, karena itu Ia mengingatkan kita agar “tahan kakimu dari jalan mereka”. Terkadang kita terlalu terfokus pada keberdosaan seseorang sebagai sesuatu yang bersifat pribadi daripada tingkah laku. Bahkan, lebih buruk lagi, kita suka melihat kesalahan orang lain daripada memperhatikan tingkah laku kita sendiri. Alkitab mengajarkan kepada kita untuk melihat secara menyeluruh dan tidak menjadikan kita sebagai hakim atas orang lain. Firman Tuhan seperti pedang bermata dua, Ia tidak saja berbicara kepada orang berdosa namun juga kepada orang yang di benarkan didalam nama Kristus Yesus. Allah ingin kita mewaspadai bujukan orang berdosa sekaligus memperhatikan langkah-langkah kita sendiri. Allah ingin agar kita hidup sebagai orang benar yang jalannya diterangi oleh Firman Tuhan. Doa: Tuhan ajar aku untuk memperhatikan langkahku dengan terang FirmanMu.

Kamis, 09 Juli 2009

Hidup bukan Judi, Bung!

Buanglah undimu ke tengah-tengah kami kami, satu pundi-pundi bagi kita sekalian.

Amsal 1:14

Anda ingin tahu jodoh anda dan peruntungan anda hari ini, ketik nama (spasi) ……dan kirim ke ……

Demikianlah ciri beberapa iklan yang membujuk kita untuk mengetahui “nasib”, bahkan jika kita ingin merubahnya. Kita dibuat “bingung” dengan ketidakpastian jodoh karena jomblo atau gagal dalam pacaran/pernikahan, masa depan yang suram, belum adanya tanda kesuksesan sehingga kita “membuang undi” dan berkata dalam hati “kali-kali aja” ramalan dapat membantu saya sekali ini saja.

Orang-orang berdosa dan iblis sekalipun ingin kita menyerahkan hidup kita kepadanya. Kita mungkin menganggap, “ah..hidup khan memang gambling” atau “ngga salah khan kalau kita mencari hoki” kita. Secara tidak sadar kita terbujuk untuk tidak mengambil keputusan untuk bertindak dengan tidak menuruti bujukan atau rayuan orang berdosa. Tapi ketahuilah walau tampaknya kita tidak mengambil keputusan apapun dengan “membuang undi”, sebenarnya kita telah masuk dalam perangkap orang berdosa dan rencana iblis. Kita menjadi terikat dan “satu pundi-pundi”” dengan orang berdosa, kita menjadi sekutu si iblis sekaligus SETERU ALLAH.

Apa yang menarik anda untuk mencoba “peruntungan” hari ini? Apakah anda juga suka “coba-coba” dalam doa anda dan berkata, “siapa tahu Tuhan kabulkan kali ini?”Apakah hidup anda yang seolah-seolah tanpa kepastian telah mengganggu cara anda berpikir dan mengambil keputusan secara tidak sadar. Adakah beban “asmara” yang membuat anda terburu-buru memiliki pacar/kekasih karena toh..mungkin menurut anda hanya hubungan tanpa status dan masih dalam masa percobaan?

Hiduplah dalam takut akan Tuhan maka Ia akan memberimu hikmat untuk menentukan hal-hal yang mendatangkan kepastian dalam hal apapun, hal-hal yang datangnya dari Tuhan bukan si iblis. Ingat kepastian keselamatan di dalam Yesus Kristus, lindungi pikiran anda dengan ketopong keselamatan dan hiduplah dalam keyakinan bahwa Allah menyertai anda dan orang-orang yang percaya dan takut akan Dia.

Doa: Tuhan, ajar aku selalu waspada agar aku tidak terbujuk untuk menyerahkan hidupku ditangan orang berdosa dan iblis. Buatku mengerti bahwa hikmatMu akan menuntunku selamanya dalam takut akan Engkau.

Rabu, 08 Juli 2009

Jatuh dalam dosa karena Terbujuk (2)

Amsal 1:11-14
Bagaimana kita dibujuk untuk berbuat dosa? Melalui perkataan. Perkataan mendahului bujukan untuk berbuat dosa. Ada orang yang dibujuk untuk menggunakan obat-obatan terlarang, dibujuk oleh kekasih untuk melakukan seks bebas atau selingkuh, ada orang dibujuk untuk berbohong. Intinya tiap orang mudah dibujuk, dan perkataan adalah alat utama yang dapat mengakibatkan kita jatuh dalam dosa. Lalu bagaimana orang berdosa melanjutkan aksinya? Mereka mengajak lebih banyak orang (marilah kita menghadang…, ay. 11a), menyusun rencana dan membuat strategi (mengintai, ay. 11b), dan mengambil segala sesuatu yang dimiliki seseorang (menelan mereka hidup-hidup, ay. 12), nyawa seseorang ( seperti dunia orang mati, bulat-bulat, seperti mereka yang turun ke liang kubur, ay. 12a), sekaligus harta bendawi yang dimiliki seseorang (mendapat pelbagai benda yang berharga..memenuhi rumahkita dengan barang rampasan, ay. 12b). Perhatikan, orang berdosa tidak bergerak sendirian, mereka seringkali merupakan kumpulan orang dan sering mengajak orang lain. Mereka tidak bekerja tanpa rencana, sementara kita sering terjebak karena kita melakukan sesuatu tanpa perencanaan. Kita juga tidak menyadari bahwa tujuan utama mereka adalah nyawa kita, sama seperti setan yang ingin merampas jiwa kita. Ketika kita percaya kepada Kristus, kita sudah direbut oleh Tuhan dari tangan si iblis, maut tidak berkuasa atas kita dan dapat hidup berkemenangan dari dosa yang selama ini mencengkram hidup kita. Sekarang, maukah anda menyerahkannya begitu saja?

Selasa, 07 Juli 2009

Jatuh dalam Dosa karena Terbujuk (1)


-->
-->
Hai, anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau,
janganlah engkau menurut.
(Amsal 1:10)
Pernahkah kita bertanya, bagaimana kita dapat jatuh dalam dosa? Mungkin kita pernah berkata, “Ah, tidak mungkin aku dipengaruhi untuk hidup dalam dosa” atau setidaknya kita berkata, “Orang berdosa tidak semudah itu mengecohku”. Namun sadarkah bahwa orang berdosa tidak datang untuk “menentang” kita? Kita kurang menyadari bahwa kita hidup ditengah-tengah orang-orang yang menyetujui jika kita melakukan dosa ataupun memberi manfaat atau sisi baik dari keberdosaan. Misalnya, aku merokok saja toh ayahku merokok; kalau aku kemarin tidak berbohong pasti aku sudah di marahi oleh ibuku (orangtuaku, bossku, etc.).
Ada banyak alasan untuk kita hidup berdosa, tapi fakta sebenarnya kita telah terbujuk. Temukan dan hitunglah alasan-alasan yang anda berikan untuk melanggar Firman Tuhan setiap harinya. Lalu bayangkanlah jika orang-orang terdekat anda memiliki alasan-alasan yang serupa dengan saudara. Berapa banyak orang yang telah terbujuk untuk melakukan hal yang sama, yaitu hidup dalam dosa?
Perintah “janganlah engkau menurut” menegaskan sikap yang harus diambil kala bujukan orang berdosa itu datang kepada kita. Jangan sesuaikan nilai anda dengan nilai orang berdosa tersebut, namun ukur nilai anda dihadapan Tuhan dan nilai-nilai yang diajarkanNya sesuai dengan FirmanNya.
Anda mungkin tidak sedang dipengaruhi apalagi dipaksa orang untuk berdosa hari ini. Tapi sadarilah bahwa anda mungkin dapat terbujuk untuk melakukan dosa.Karena itu berdoa dan berjaga-jagalah.